SALUKAT
Gamelan Evolusi
oleh
Dewa Ketut Alit
2007
Dilahirkan di sebuah keluarga seniman tradisional, dalam lingkungan musik tradisi yang sangat kuat, saya ingin mengungkapkan rasa cinta terhadap itu, serta menjelaskan cara pandang saya tentang arah masa depan musik Bali dengan cara menciptakan karya-karya baru tanpa meninggalkan alemen-elemen yang menjadi roh musik tradisi itu sendiri.
Melihat kembali keberadaan musik tradisional Bali di masa silam, menelusuri betapa tinggi nilai-nilai yang terkandung didalamnya, maka yang terpikirkan dibenak saya adalah tentang keberadaan gamelan 7 nada seperti gamelan Gambang, Gamelan Slonding dan Gamelan Gong Luang. Gamelan ini adalah gamelan yang sangat disakralkan oleh masyarakatnya sehingga dari dulu memang sangat langka keberadaaannya.
Gamelan Salukat adalah seperangkat gamelan tujuh nada yang khusus dibuat untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan-tuntutan berexpriment musik tradisi di masa kini. Salukat merupakan proses kemajuan rejenorasi dari keberlangsungan sebuah peradaban musik. Salukat merupakan refleksi dari kebebasan berexpresi. Ia berisikan gagasan untuk membuka ruang apresiasi yang seluas-luasnya, sebagai dorongan untuk melahirkan pemahaman baru tentang bagaimana jenerasi ini melihat kembali musik tradisionalnya.
Kata Salukat terdiri dari dua suku kata yaitu : Salu dan Kat. “Salu” berarti rumah. Rumah sebagai tempat berteduh, berlindung, berkumpul, sebagai tempat untuk pergi dan kembali, sebagai sumber ketenangan sehingga ada ruang dan waktu untuk merenungkan kembali apa yang sudah dan sedang berlangsung. Sedangkan “Kat” berarti melebur, yang dalam kontek ini Kat sebagai terjemahan dari sebuah proses perubahan yang sedang terjadi, berevolusi untuk mempersiapkan jawaban atas pertanyaan berikutnya.
Mencari arti dari sebuah perjalanan berkesenian, menembus ruang dan waktu yang tidak terbatas adalah kesadaran akan pentingnya memaknai arti dari perjalanan berkesenian itu sendiri.
Nglanglang Ke Lelangu menggambarkan lika-liku pengalaman hidup sang komponisnya didalam melakoni profesi sebagai seniman baik sebagai guru, musisi ataupun komposer. Perjalanan berkesenian lintas negara, bertemu berbagai orang yang mempunyai latar belakang budaya yang berbeda-beda memberikan pengalan baru serta kesan tersendiri yang kesemua pengalamaan itu disyukurinya sebagai anugrah.
Nglanglang Ke Lelangu terdiri dari :
2 SEMESTA 2009
Detik, detik detik per detik
Merambat, menjalar kesegala arah ruang enerji
Hamparan luas Hyang Ibu Pertiwi
Bersanding bias mujizat sang mentari
Bayu sabda idep, terikat suka duka lara pati
Bumi berputar sepanjang masa, manusia lahir hidup dan mati
Jagalah planet ini!
Bumiku bumimu, bumi kita sejati.
Secara umum laras gamelan di Bali tidak memakai standar yang pasti diantara barungan gamelan yang satu dengan gamelan yang lainnya walaupun masih termasuk dalam satu jenis gamelan yang sama. Laras merupakan factor yang sangat mendasar untuk pembentukan sebuah karakter dari sebuah barungan gamelan. Bagi pemain gamelan di Bali ini adalah sangat penting. SaluGambuh merupakan hasil karya exsprimental yang berasal dari sebuah ide untuk memadukan laras yang berasal dari instrument gamelan dari barungan yang berbeda. Instrumen yang dipakai yaitu : Suling Gambuh, Gambang Salukat dan Gender Wayang.
4. PANGENTER ALIT 2003
Pangenter Alit merupakan bahasa pengantar bagi komponisnya untuk melihat kembali secara mendalam keberadaan gamelan-gamelan kuno di Bali. Pangenter Alit adalah sebuah gending yang merupakan hasil dari penggalian saih-saih atau patet yang selama ini terpendam pada jenis gamelan tua yang bernadakan Tujuh. Gending ini secara utuh memakai Dua jenis saih yang sebelumnya belum pernah terpakai oleh komponis – komponis pada penciptaan karya-karya baru di Bali. Dari Dua jenis saih ini pula saya ditarik dan diantar kesebuah permukaan untuk membuka lebih jauh rahasia-rahasia yang terkandung didalam gamelan Tujuh nada. Dan dari pengalaman ini pula muncul gagasan untuk membuat barungan gamelan baru yang bernadakan Tujuih dengan nama “Salukat”